Sabtu, 28 Juli 2012

Rasa ini...


Berkata bahwa aku kalah. Walau sejatinya ini bukan sebuah perlombaan, tapi ini lebih menjadi sebuah kerelaan. Untuk kau, aku rela untuk terus maju. Untuk kau, aku rela untuk terus bergerak.
Ya,,mimpi yang kubangun mungkin masih sulit untuk dirintis pada bagian-bagian tertentu. Tapi aku bukannya sedirian kan? Aku memiliki kamu. Aku ingin menjalani setapak demi setapak dengan kamu di sampingku. Entah itu sulit, entah itu mudah. Karena saat ini aku memilihmu. Dan asaku di masa depan, senyum manis itu tak akan pernah tergantikan.

Dalam gelapmu


Apakah kau bisa membaca?
aksara pada setiap dinding
ketika semua lampu dipadamkan
dan kau sendiri dalam kamar

yang mungkin luput kau eja ketika nampak
kini tak satu pun mampu kau ucap

Pernahkah kau benar-benar membaca
ke dalam hatimu, ke dalam jiwamu
ketika gelap merayap tak hanya di mata

Di hatimu, di jiwamu, di dalam hidupmu
adakah yang bisa kau baca
ketika semua menjadi tak bisa kau raba
selain dirimu dan gelap yang menyatu

Engkaulah kalbu. . .


Aku tahu mengapa tak harus banyak bicara
dan aku mengerti mengapa harus berdiam diri
Barangkali aku tak bisa memaknai semua yang tersembunyi
dari sebuah ucap, tetapi kuhadirkan hatiku ketika kau berkata

Begitu juga kala kueja aksara dari semesta
aku ingin selalu hatiku yang pertama membaca
Karena engkau adalah jiwa dan kalbu adalah hidupmu
maka kutuang juga rasa dalam kata bersenada

Apalah arti memberi, apalah makna menerima
jika di dalam kata ada bahasa tak berjiwa

Kepada Bintang Hatiku...


Ini hanyalah tempat untuk sekedar singgah
dimana kenisbian berperan utama
janganlah pernah merasa resah
ketika yang ada menjadi tiada

Engkau akan berjalan menuju dirimu
dan engkau akan berakhir kepadamu

Kau hanya boleh yakin kepada hatimu
dan Tuhan yang bersemayam di dalamnya
karena selain itu hanya pengharapan
bukan untuk sandaran

Kau akan mengerti ketika telah sampai
kepada hakekat hidup yang ditempuh
Karena kau akan sendiri dan sepi setelah ini
kau akan tumbuh dan kenal sebuah rindu

sesungguhnya hari ini adalah nyata
menangislah di dadaku selagi ada
jangan biarkan semua tubuh dan jiwamu hampa
karena kau akan jauh melangkah

Senjaku berlalu. . .


Sesaat lagi matahari menyombongkan perhiasan emasnya
Merayu laut untuk mau bersetubuh
Menghindari gelap yang selalu merongrong wibawanya
Malu jika angkuhnya berkalung bintang


Sepi kembali mencabikcabik badan senja
Merobek indahnya hingga tiada. aku berada di sana
Diam terpana. harusnya, senja terpeluk gembira
Gemuruh suka berdenging di telinga. karena senja adalah puja.

Lihat bagaimana pujangga memujanya
Cumbui katakata indah dalam puisi. seakan senja bernyawa
Dan mereka jatuh cinta.


Aku lupa, senja bukanlah surga
Yang hilangnya ditandai oleh airmata
Senja hanya ruang terbaik untuk kita jatuh cinta.

Senja harmoni dipinggiran pantai

Kamis, 26 Juli 2012

Jika aku mencintaimu karena Allah, , ,


Wahai diri..
Jika memang kau mencintainya karena Allah
Cintailah dia dengan cara yang benar
Cintailah dia pada saat yang tepat

Ya Robb..
Aku tak akan memaksakan diri hanya untuk sebuah perasaan

Ya Robb..
Jika dia memang jiwa yang telah Kau pilihkan untukku, berikanlah kami jalan dan petunjuk
Jika dia memang takdir bagi ku, pantaskanlah dia untuku dan pantaskanlah diriku untuknya

Ya Robb..
Aku memilihnya karena sebuah keyakinan
Aku terima seluruh kelebihan dan kekurangannya
Aku terima seluruh luka dan bahagia yang menyertai hidupnya
Aku terima dirinya dengan seluruh apa yang telah Engkau berikan untuknya

Terima kasih Cintamu,,,Ibu


Ibu...
rambutmu kini sudah mulai memutih
Kulitmu tak lagi kencang
Penglihatanmu tak lagi terang
Jalanmu kini sudah mulai goyang

Namun..apa yang terlihat
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Aku paham, semua itu demi anakmu

Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berhitung
Berapa laba kau dapat hari ini
Tuk membayar semua letihmu

Engkau tak lagi dapat membedakan
Mana siang, mana malam
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu

Ini semua...untuk siapa?
Hanya untuk anakmu
Anak yang engkau impikan menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa

Ibu...
Sampai kapanpun,
Anakmu tak kan pernah lupa
Atas semua jasa, do'a dan derita
Keringat yang engkau cucurkan

Ibu...
Engkau sudah terlalu besar, berkorban
Hanya surga yang pantas membayar tulusmu
Hanya Tuhan yang pantas menjagamu
Dunia dan akherat...

Ibu...
Anakmu kan selalu merindumu
Do'a di setiap hembus nafas ini
Terima kasih...Ibu, untuk semua ikhlasmu

Do'amu,,Ibu


Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

Refleksi Diri__






Aku mempunyai teman dalam hidup ini…
Saat senang aku pergi sendiri
Saat sedih aku cari orang tua
Saat sukses aku ceritakan pada temanku
Saat gagal aku ceritakan pada orang tua
Saat bahagia aku peluk erat kawanku
Saat sedih aku peluk erat ibuku
Saat liburan akupergi dengan kawanku
Saat aku sibuk, anak kuantar ke rumah bapak
Saat sambut ulang tahun, selalu merayakan bersama kawan.
Saat sambut hari ibu, aku cuma ucapkan “Selamat Hari Ibu”
Selalu ibu yang ingat aku
Setiap saat aku telpon temanku
Kalau inget aku akan telpon orang tuaku
Selalu aku belikan hadiah untuk temanku
Entah kapan aku akan belikan hadiah untuk Ibu
Renungkan :
senantiasa Ibu mengingatkan
“Kalau kau sudah habis belajar dan berkerja kelak…
bolehkah kau kirim uang untuk orang tuamu?
Ibu tidak minta banyak, lima puluh ribu sebulan pun cukuplah”.
Berderai air mata jika kita mendengarnya . . .
Tapi kalau mereka sudah tiada . . .
Entah apa yang dapat ku perbuat lagi untuk mereka

Bapak . . Ibu . .
Anakmu Rindu . . . . Sangat Rindu . . . .padamu

Aku dan Petani. . .


Seorang petani yang tidak mengerjakan (menanami dan merawatnya) tanah yang dimilikinya, hal tersebut mungkin saja menggairahkan akan tapi sia-sia “panen” hasil. Sebaliknya, petani realistis yang memilih mengerjakan tanahnya dan tidak bermimpi atau melamun, tentulah akan menikmati hasil kerja kerasnya di saat panen. Sederhana dan nyata sekali memang. Dalam realita tentu jauh lebih sulit, sebab petani yang bekerja keras pun harus berjuang juga melawan wabah, musim kering dan banjir, tengkulak dan lain-lain.

Mungkin sebagian besar kita bukan petani dan tidak memiliki lahan pertanian. Akan tetapi hargailah mereka, karena mereka kita bisa menikmati pulennya nasi terhidang dimeja makan setiap hari. Tanah adalah simbol sumber nafkah dan kehidupan. Namun agar nyata menjadi sumber kehidupan tanah harus diolah dan dirawat. Untuk merawatnya kita membutuhkan tubuh dan jiwa yang sehat serta kuat. Yang terakhir ini pun harus kita jaga dan pelihara baik-baik.

Ingat,,,mengapa petani menanam padi sambil berjalan mundur?




Mereka tidak mau merusak pekerjaannya sendiri. Perumpamaan lama mengatakan jangan mengotori mata air sendiri juga orang lain. Kita pun diminta bijak agar sadar atau tak sadar, jangan merusak dan menghancurkan modal-modal kehidupan kita sendiri dengan kesia-siaan.

Semoga bermanfaat,


Rabu, 25 Juli 2012

Tentang Rasa

Sayangku, taukah kau tentang rasaku?Tentang betapa berdegubnya jantungku ketika berada di dekatmu?Tentang betapa dinginnya tanganku ketika berjabat denganmu?Tentang betapa rindunya aku ketika beberapa hari saja tidak bersamamu?Rasa ini seperti ikan-ikan di lautan yang berenang dengan lincahnyaRasa ini seperti burung-burung yang terbang dengan bebasnyaRasa ini seperti bunga-bunga yang tumbuh dengan indahnyaRasa ini mengalir apa adanya…Aku tak pernah meminta rasa ini adaTapi kini dia ada..Rasa yang entah kau tau atau tidak..Tapi, aku tau..Tentang rasamu yang jauh beda dengan rasakuTentang hatimu yang tak mungkin untukkuTentang kesempatan yang bukan milikku..

Namun akan terus kusimpan rasa ini untukmu...

Senja


Dear Senja,

Senja, Kamu begitu indah, atau mungkin terlalu indah, dan aku tidak pernah seindah semburat warnamu di kala sore menjelang. Apa aku pantas menemanimu kala sore ada?

Senja, keindahanmu sepertinya terlalu menyilaukanku. Entah sejak kapan aku selalu suka meresapimu dari kejauhan sambil bersembunyi di balik pohon tak berdaun. Dan kau tau itu.

Senja, aku tau, diantara warna indah yang kau semburkan ke langit sore. Ada satu warna yang selalu ingin kau miliki untuk menemanimu mengantarkan malam, atau mungkin menjemput pagi. Satu warna itu tak pernah kumiliki, dan aku tau itu.

Senja, sore ini aku sedang memandang ke arahmu. Berdiri termangu dan tertegun menikmati indahmu. Aku takut ketika kau tenggelam dan berganti malam, aku takut kehilanganmu ketika malam menjelang. Tapi, bukankah kita pada akhirnya akan kehilangan. Sekarang atau nanti pun tak ada bedanya, hanya masalah waktu saja.

Senja, sore ini, tak seperti biasanya aku tetap bertahan untukmu. Sore ini, aku melangkahkan kakiku ke belakang dengan amat teratur. Mundur selangkah, dua langkah, tiga langkah, sampai beribu langkah ke belakang, kemudian berbalik, berlari, dan hilang.

Senja, butuh waktu untuk mengambil langkah ke belakang. Butuh cara agar langkahku teratur dan tidak terlalu menyakitkan. Tapi, lambat laun, aku akan hilang. Dan kau tak perlu berpikir ke mana kakiku melangkah mundur. Karena tak akan mempengaurhimu, sedikitpun.

Senja, mungkin aku harusnya sadar lebih dalam tentang indahmu, dan tentang indahnya. Dan aku tak perlu membiarkan rasa kagumku akan pendar warnamu tumbuh lebih lama dan tertanam lebih dalam. Harusnya kucukupkan saja sejak awal.

Senja, aku tau, mimpimu adalah dia. Dan meski warna itu berada jauh dari sisimu, tapi tidak dengan hati dan pikirnamu.

Senja, terimakasih telah memberi jeda hatiku untuk bernapas. Aku sudah menyusun satu langkah ke belakang. Semoga langkah keduaku segera menyusul tanpa sakit sedikit pun.

Senja, kau tau? Kau hanya peristiwa sederhana, tapi istimewa untukku.

Terimakasih, Senja.

Tirulah Sifat Pensil. . .


Filusuf pensil


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,


Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.


Pertama:
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
**
Pensil dituntun oleh tangan,
Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt


Kedua:
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.


Ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
**
Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yg salah.
Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera introspeksi diri.


Keempat:
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.


Kelima:
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
**
Kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab, maka berhati hatilah akan setiap goresan yang kita perbuat.


Semoga bermanfaat,