Senin, 06 Agustus 2012

Aku terhempas, , ,


Kadang aku merasa begitu lelah. Ingin rasanya berhenti sejenak. Tapi aku cukup tahu bagaimana tabiatku. Ketika aku berhenti, maka itu tidak pernah sejenak. Bisa jadi per'henti'an itu adalah selamanya. Bahkan mungkin akan lebih parah dari pada sekedar 'berhenti'.

Bisa jadi aku akan menengok ke belakang. Lalu kutemukan bahwa detik yang kemarin terasa begitu memesona. Bahwa langkah yang kemarin terasa begitu mudah. Bahwa tawa yang kemarin terasa begitu bahagia. Aku yang kemarin terasa begitu sempurna sebagai manusia.

Maka siapa lah aku yang tidak akan tertarik ke belakang sana. Mengulang segala kebahagiaan itu.

Terlebih ketika kulihat gunung yang akan kudaki sedemikian tinggi. Bintang yang ingin kuraih sedemikian jauh. Lautan yang hendak kuselami sedemikian dalam. Siapa lah aku, hingga aku begitu merasa percaya bahwa aku mampu.

Maka aku pasi seketika. Semua ketakutan itu akan berhasil membunuhku sampai ke akar akarnya. Dan aku yang tengah begitu, pasti akan memilih mundur..tenggelam..hilang..

Tapi itu sungguh seketika saja. Biarkan aku menghela nafas, agar seketika yang lain, aku ingat untuk berdoa. Ya Rabb..kuatkan aku..kuatkan aku.. Kadang aku merasa begitu lelah. Ingin rasanya berhenti sejenak. Tapi aku cukup tahu bagaimana tabiatku. Ketika aku berhenti, maka itu tidak pernah sejenak. Bisa jadi per'henti'an itu adalah selamanya. Bahkan mungkin akan lebih parah daripada sekedar 'berhenti'.

Bisa jadi aku akan menengok ke belakang. Lalu kutemukan bahwa detik yang kemarin terasa begitu memesona. Bahwa langkah yang kemarin terasa begitu mudah. Bahwa tawa yang kemarin terasa begitu bahagia. Aku yang kemarin terasa begitu sempurna sebagai manusia.

Maka siapa lah aku yang tidak akan tertarik ke belakang sana. Mengulang segala kebahagiaan itu.

Terlebih ketika kulihat gunung yang akan kudaki sedemikian tinggi. Bintang yang ingin kuraih sedemikian jauh. Lautan yang hendak kuselami sedemikian dalam. Siapa lah aku, hingga aku begitu merasa percaya bahwa aku mampu.

Maka aku pasi seketika. Semua ketakutan itu akan berhasil membunuhku sampai ke akar akarnya. Dan aku yang tengah begitu, pasti akan memilih mundur..tenggelam..hilang..

Tapi itu sungguh seketika saja. Biarkan aku menghela nafas, agar seketika yang lain, aku ingat untuk berdoa. Ya Rabb..kuatkan aku..kuatkan aku.. 

Hujan


Waktu  menetesi bunga-bunga soka yang merah. Tanpa mendung, tanpa angin, tanpa petir. Kali ini hujan turun sendirian. Begitu sederhana. Begitu tenang. Hanya hujan.

Tapi aroma yang menguar dari tanah yang basah ini terasa akrab dalam memoriku, Terasa bersejarah. Samar samar memang, Tapi cukup mampu mengembalikanku ke masa puluhan tahun yang lalu. Ketika ayah menggendongku di pundaknya.

Waktu itu  hujannya juga sederhana. Dan aku cekikikan melihat anak anak bebek yang panik berlarian. Menyemangati ayah, aku menjerit sekeras kerasnya seolah anak bebek itu tertangkap. Tentu saja hanya “seolah-olah”, karena nyatanya, kami memang tidak berniat menangkap anak bebek itu. Kami hanya ingin menikmati hujan yang sederhana.

Masa masa itu terasa baru kemarin. Hanya perasaanku saja, pasti. Karena sekarang, ayahku tampak begitu rapuh, dengan gigi ompongnya, dengan mata rabunnya, dengan kulit keriputnya, dengan rambut ubannya. Ayahku sekarang tampak begitu tua. Jadi kesimpulanku, masa masa itu pasti sudah lama sekali berlalu.

Namun hujan kali ini mengembalikanku pada masa masa itu. Mengingatkanku pada sebuah rasa yang tak asing : aku begitu mencintainya….

Falsafah Jawa


1. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan heranan; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut; Jangan manja.

2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

3. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

6. Urip Iku Kudu Urup
Hidup itu Harus Menyala,
Hidup itu hendaknya memberi manfaat untuk orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan akan lebih baik.

7. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

8. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

9. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok berkusa, sok hebat, sok pintar…..!!!

Rabu, 01 Agustus 2012

Purnamaku meradang


Dia lah penghibur malam yang pendiam
si perindu yang hanya bisa mendengarkan curahan perasaan
Luapan hati manusia dalam kesendirian
Setiap menjelang malam tiba

Kadang ia pura-pura tersenyum
Dibalik pantulan sinar matahari
Indah memang, namun tetap saja kesepian

kau nampak meradang dalam genggaman-Purnamaku.

Berusaha untuk memahami,,,


Ketika kerja kita tidak dihargai,
maka saat itu kita sedang belajar tentang KETULUSAN.
Ketika usaha dinilai tidak penting,
maka saat itu kita sedang belajar KEIKHLASAN.
Ketika hati terluka sangat dalam,
maka saat itu kita sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kita harus lelah dan kecewa,
maka saat itu kita sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kita merasa sepi dan sendiri,
maka saat itu kita sedang belajar tentang KETANGGUHAN.


"Bukan kulit luar yang penting, tetapi bagaimana menjadikan pengalaman kita sebagai sesuatu yang terbaik bagi jiwa kita. Aku tak peduli berapa lama dibutuhkan, jika aku bisa mewujudkannya dengan tetap berpegang pada apa yang kuyakini, aku percaya bahwa kebahagiaan sejati sedang menantiku. Kupikir, jawaban terhadap bagaimana menjalani kehidupan selalu ada di dalam diriku, dan aku hanya perlu melakoninya dalam keseharian".


Jadi, keberhasilan maupun kegagalan sebenarnya bersumber dari bagaimana kita menjalani kehidupan ini, dan keduanya bukanlah akhir dari segalanya.

Tetap semangat..
Tetap tersenyum..
Terus belajar..


Karena bumi ini adalah Universitas kehidupan, , ,



Cobalah pahami diri sendiri

Memahami diri sendiri sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Bayangkan saja, ini kan sesuatu tentang kita sendiri, berarti ‘mestinya’ kita yang lebih tahu tentang diri kita, daripada orang lain. Kita juga yang paling tahu tentang alasan kita melakukan tindakan-tindakan tertentu. 

Hanya saja terkadang kita mempertanyakan, “apakah benar saya itu demikian?” Kadang kita merasa kurang percaya diri dalam menilai, tapi ada kalanya juga kita jadi terlalu percaya diri dalam menilai   

Ya, terkadang kita memang membutuhkan cermin untuk bisa menilai diri kita secara obyektif. Cermin itu bisa berupa feedback dari orang lain, maupun melalui alat bantu lainnya, misalnya dengan menggunakan tes/kuesioner/survey, dll. 

Tujuan utama tentunya untuk lebih memahami diri secara obyektif. Disebut obyektif karena orang yang memberikan feedback maupun hasil kuesioner tsb, akan mengacu pada suatu standar tertentu, atau membandingkannya dengan populasi tertentu.

Mendengarkan feedback dari orang lain maupun mengisi kuesioner psikologi bisa memperkaya pemahaman kita tentang diri sendiri. Kalau pinjam istilahnya Johari Window, hal ini ditujukan untuk memperluas bagian yang diketahui oleh diri sendiri.

Preferensi tidak mengandung unsur benar atau salah. Demikian pula dengan tipe kepribadian, tidak ada tipe yang paling baik di antara tipe-tipe lainnya. Semua tipe memiliki bobot yang sama, memiliki kekuatan dan tantangannya masing-masing, dan dengan mengetahuinya kita dapat mengerti dan menghargai bagaimana seseorang terlibat dalam situasi, mengerjakan tugas maupun menyelesaikan persoalan.
* * *

Mudah-mudahan dengan memahami diri sendiri, kita bisa mengerti hal-hal apa saja yang sesuai untuk kita lakukan, dan juga semoga kita bisa berinteraksi dengan orang lain secara lebih baik lagi.

Hidup ini Indah. . .


Ketika sedang “jaya”,
kita merasa banyak teman di sekeliling kita.

Ketika sedang “berkuasa”,
kita PeDe melakukan apa saja.

Ketika "tak berdaya",
barulah kita sadar siapa saja sahabat sejati yang ada.

Ketika “jatuh”,
kita baru sadar selama ini siapa saja teman yang memperalat dan memanfaatkan kita.

Ketika “sakit”,
kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.

Manakala “miskin”,
kita baru tahu jadi orang harus banyak memberi/bersedekah dan saling membantu.

Ketika masuk usia “tua”,
kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.

Saat di ambang “ajal”,
kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia…..

Hidup tidaklah lama…
Sudah saatnya kita bersama-sama membuat 'Hidup ini lebih berharga dan bermakna',
saling menghargai, saling membantu, saling memberi, saling mendukung.

Jadilah teman setia tanpa syarat,
jangan saling memotong dan menggunting sesama teman,
tunjukkan bahwa Anda masih mempunyai Nurani,
jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman,
jauhkan niat memaksa seseorang melakukan suatu hal untuk kepentingan pribadi kita,

Percayalah, akan ada “akibat” karena ada “sebab”,
apa yang ditabur, itulah yang akan dituai.

Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit selalu biru, bunga selalu mekar, dan mentari selalu bersinar.Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban di setiap doa…

Jangan pernah menyerah, terus berjuanglah,

Life is so beautiful to be enjoyed,,

Hidup ini bukanlah suatu tujuan, melainkan sebuah perjalanan…

Arti Kebahagiaan. . .


KETIKA aku ingin hidup KAYA,
Aku lupa bahwa HIDUP adalah KEKAYAAN.

KETIKA aku enggan MEMBERI,
Aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.

KETIKA aku ingin jadi yang TERKUAT,
Aku lupa bahwa dalam KELEMAHAN, Tuhan memberiku KEKUATAN.

KETIKA aku takut RUGI,
Aku lupa bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN.

HIDUP ini sangatlah INDAH jika mau MENSYUKURI apa yang sudah ada.

Adakalanya yang TERINDAH bukanlah yang TERBAIK,
Yang SEMPURNA tidak menjanjikan KEBAHAGIAAN.

Tetapi ketika kita mampu dan mau Menerima semua KEKURANGAN & Merubahnya menjadi sebuah KELEBIHAN. . .

Itulah arti KEBAHAGIAAN.

Mentari di pagi hari


Lagi-lagi di dermaga dahaga tempat mengakhiri senja, mengawali pagi dengan mentari yang cerah dengan setumpuk rasa yang bercengkrama dalam jiwa-raga penghilang rasa,,,

Entahlah beberapa hari ini, sang mentari seperti enggan bersinar, lebih memilih berselimutkan mendung tipis. Dan hari ini sang Mentari bersinar kembali tepat di awal bulan… Ya, bulan Agustus dengan hawa dinginnya kala pagi menyapa hari.
Bagi saya, sinar Mentari di pagi hari, seolah memberikan semangat untuk memulai aktifitas hari yang akan dijalani, mungkin karena pergantian dari malam yang gelap menuju terangnya siang hari seolah menyimbolkan sebuah harapan yang kita harapkan dalam gelapnya malam. Tapi memang terasa betul ketika mendung menggelayut di pagi hari, seolah ada rasa enggan untuk memulai hari dengan setumpuk aktivitas. Walau bagaimanapun, saya harus tetap bersyukur, masih diberikan nafas oleh yang Maha Kuasa, masih diberi kesempatan untuk berusaha berbuat lebih baik lagi dan masih bisa menikmati hangatnya pesona mentari di waktu pagi.

Mentari pagi di awal Agustus, , ,Cool banget.