Kepala ini,,
Serasa tumbuh uban-uban
Meski petang belum memupuk senja
Pada helai-helai rambut yang masih pagi
Mentari menyuburkan terik di keningku
Lalu wajah ini memucati putihnya hari
Mempias hujan yang ingin mengalirkan anak-anak sungai di mata
Dan ubun-ubun membiaskan tangis ibu yang teduh
Pada kemarau yang membakar sisa-sisa ingatan
Meski sepi tak mampu mengusir sisa-sisa semangat riang
Anak senja tetap istimewa pun dengan simpul polosnya
Terngiang jelas setiap inci pelukan hangat
Anak senja tersenyum lelap di dalam selimut emas
Lalu kini kembali, menagih rindu-rindunya kepada pencipta
Sungguh si anak senjaPergi tak kembaliNamun kerlingannya rapih di sanubariSebab, hidup masihlah terbit di mata hatiDan fajar, tetap setia menghitamkan rambut di kepala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar