Rabu, 01 Agustus 2012

Cobalah pahami diri sendiri

Memahami diri sendiri sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Bayangkan saja, ini kan sesuatu tentang kita sendiri, berarti ‘mestinya’ kita yang lebih tahu tentang diri kita, daripada orang lain. Kita juga yang paling tahu tentang alasan kita melakukan tindakan-tindakan tertentu. 

Hanya saja terkadang kita mempertanyakan, “apakah benar saya itu demikian?” Kadang kita merasa kurang percaya diri dalam menilai, tapi ada kalanya juga kita jadi terlalu percaya diri dalam menilai   

Ya, terkadang kita memang membutuhkan cermin untuk bisa menilai diri kita secara obyektif. Cermin itu bisa berupa feedback dari orang lain, maupun melalui alat bantu lainnya, misalnya dengan menggunakan tes/kuesioner/survey, dll. 

Tujuan utama tentunya untuk lebih memahami diri secara obyektif. Disebut obyektif karena orang yang memberikan feedback maupun hasil kuesioner tsb, akan mengacu pada suatu standar tertentu, atau membandingkannya dengan populasi tertentu.

Mendengarkan feedback dari orang lain maupun mengisi kuesioner psikologi bisa memperkaya pemahaman kita tentang diri sendiri. Kalau pinjam istilahnya Johari Window, hal ini ditujukan untuk memperluas bagian yang diketahui oleh diri sendiri.

Preferensi tidak mengandung unsur benar atau salah. Demikian pula dengan tipe kepribadian, tidak ada tipe yang paling baik di antara tipe-tipe lainnya. Semua tipe memiliki bobot yang sama, memiliki kekuatan dan tantangannya masing-masing, dan dengan mengetahuinya kita dapat mengerti dan menghargai bagaimana seseorang terlibat dalam situasi, mengerjakan tugas maupun menyelesaikan persoalan.
* * *

Mudah-mudahan dengan memahami diri sendiri, kita bisa mengerti hal-hal apa saja yang sesuai untuk kita lakukan, dan juga semoga kita bisa berinteraksi dengan orang lain secara lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar