Hanya saja terkadang kita mempertanyakan, “apakah benar saya itu demikian?” Kadang kita merasa kurang percaya diri dalam menilai, tapi ada kalanya juga kita jadi terlalu percaya diri dalam menilai
Ya, terkadang kita memang membutuhkan cermin untuk bisa menilai diri kita secara obyektif. Cermin itu bisa berupa feedback dari orang lain, maupun melalui alat bantu lainnya, misalnya dengan menggunakan tes/kuesioner/survey, dll.
Tujuan utama tentunya untuk lebih memahami diri secara obyektif. Disebut obyektif karena orang yang memberikan feedback maupun hasil kuesioner tsb, akan mengacu pada suatu standar tertentu, atau membandingkannya dengan populasi tertentu.
Mendengarkan feedback dari orang lain maupun mengisi kuesioner psikologi bisa memperkaya pemahaman kita tentang diri sendiri. Kalau pinjam istilahnya Johari Window, hal ini ditujukan untuk memperluas bagian yang diketahui oleh diri sendiri.
Preferensi tidak mengandung unsur benar atau salah. Demikian pula dengan tipe kepribadian, tidak ada tipe yang paling baik di antara tipe-tipe lainnya. Semua tipe memiliki bobot yang sama, memiliki kekuatan dan tantangannya masing-masing, dan dengan mengetahuinya kita dapat mengerti dan menghargai bagaimana seseorang terlibat dalam situasi, mengerjakan tugas maupun menyelesaikan persoalan.
* * *
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar