Senin, 06 Agustus 2012

Hujan


Waktu  menetesi bunga-bunga soka yang merah. Tanpa mendung, tanpa angin, tanpa petir. Kali ini hujan turun sendirian. Begitu sederhana. Begitu tenang. Hanya hujan.

Tapi aroma yang menguar dari tanah yang basah ini terasa akrab dalam memoriku, Terasa bersejarah. Samar samar memang, Tapi cukup mampu mengembalikanku ke masa puluhan tahun yang lalu. Ketika ayah menggendongku di pundaknya.

Waktu itu  hujannya juga sederhana. Dan aku cekikikan melihat anak anak bebek yang panik berlarian. Menyemangati ayah, aku menjerit sekeras kerasnya seolah anak bebek itu tertangkap. Tentu saja hanya “seolah-olah”, karena nyatanya, kami memang tidak berniat menangkap anak bebek itu. Kami hanya ingin menikmati hujan yang sederhana.

Masa masa itu terasa baru kemarin. Hanya perasaanku saja, pasti. Karena sekarang, ayahku tampak begitu rapuh, dengan gigi ompongnya, dengan mata rabunnya, dengan kulit keriputnya, dengan rambut ubannya. Ayahku sekarang tampak begitu tua. Jadi kesimpulanku, masa masa itu pasti sudah lama sekali berlalu.

Namun hujan kali ini mengembalikanku pada masa masa itu. Mengingatkanku pada sebuah rasa yang tak asing : aku begitu mencintainya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar